Purwokerto – Soearamassa.com, Sabtu (7/12), Aksi malam
kebudayaan penentangan terhadap KTT WTO ke-9 di Bali dilakukan oleh mahasiswa
banyumas yang tergabung dalam FAM-B (Forum Aliansi Mahasiswa-Banyumas) bersama
perwakilan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan bermacam komunitas musik di Banyumas.
Aksi ini dilakukan untuk merespon kehadiran WTO yang dianggap tidak akan
memberikan dampak positif bagi rakyat. “WTO
sebagai skema dari imperialisme untuk meliberalisasi dan memperdagangkan
seluruh aspek kehidupan tidaklah akan membuat rakyat sejahtera, justru dengan
adanya WTO akses rakyat terhadap
pemenuhan hak-haknya semakin dibatasi, seperti akses rakyat pada dunia
pendidikan,” ujar Leo selaku Sekretaris Jenderal FMN Ranting Unsoed dalam orasi pembukaan acara.
Dalam aksi ini, para pegiat seni juga turut serta melakukan
kritik terhadap WTO dan skema perdagangan bebasnya. “Selamat untuk kita semua,
semoga dengan acara ini, unsur edukasi kepada masyarakat tentang WTO dapat
maksimal, dan ingat pemberontakan ini belum selesai !” ujar Ubie yang merupakan
personil band Kilometer 15.
Aksi ini dimulai jam 8 malam 6 Desember 2013, di depan
kampus unsoed pusat. Dilakukan dengan bermacam penampilan, seperti orasi, puisi
dan lagu-lagu, serta dimeriahkan dengan yel-yel yang semuanya ditujukan untuk
mengkritisi pemerintah Indonesia dan WTO. Acara ini diakhiri oleh pembacaan
deklarasi rakyat Banyumas menolak WTO. (sdr)

di akhiri dengan deklarasi, menentang WTO membakar semangat juang temen2 melawan neoliberalisme.
BalasHapusLuar Biasa..salam demokrasi
BalasHapuskalian semua kereeen n luar biasa
BalasHapusjayalah perjuangan massa !! tetap segaris massa dan rendah hati kawan. salam.
BalasHapus