Sebentar lagi kita akan sampai pada
penghujung tahun. Tak terasa tahun 2015 akan segera berakhir dan berganti dengan
tahun yang baru. Mungkin bagi mayoritas penduduk di Indonesia tidak ada yang
spesial dihari pergantian tahun. karena memang tidak ada perubahan yang berarti
setiap tahunnya, kehidupan tetaplah sama, tetap berada di dalam belenggu
kemiskinan yang disebabkan oleh penindasan dan penghisapan yang hari ini terus
dilanggengkan oleh rejim Jokowi – JK. Seperti data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang
dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96
persen)[1].
Penyebab dari peningkatan jumlah
kemiskinan ini tidak lepas dari skema penghisapan dan penindasan yang terus
dilakukan oleh rejim Jokowi – JK. Selama setahun ini banyak kebijakan -
kebijakan yang dikeluarkan oleh Jokowi sehingga menyebabkan semakin massif-nya
perampasan upah, tanah dan kerja. Contoh jelas dari skema perampasan upah yang
dilakukan oleh Jokowi – JK pada tahun ini adalah dengan mengeluarkan Peraturan
Pemerintah seperti yang dikutip dari sekretariat kabinet republik Indonesia,
dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Presiden Joko Widodo pada tanggal 23 Oktober
2015 telah menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang
Pengupahan[2]. Hal ini membuat keadaan kelas buruh semakin tertindas dan
terhisap.
Tidak berbeda dengan klas buruh, kaum
tani pun sampai hari ini terus mengalami penindasan yang disebabkan oleh
perampasan tanah yang semakin massif di desa – desa. Melalui kebijakan MP3EI
(atau sekarang: Paket Kebijakan ekonomi ber-jilid) pemerintah hari ini telah
membagi Indonesia ke dalam teritori – teritori khusus yang tujuannya adalah
merampas tanah rakyat untuk diberikan kepada tuan-nya yaitu pihak korporasi –
korporasi asing pimpinan Amerika Serikat (Imperialis) serta para tuan tanah
lokal dan borjuasi besar komprador. Akibat dari perampasan tanah ini ada 850
kasus konflik agraria di setiap provinsi[3]. Dan jelas seperti yang dicatat oleh Konsorsium Pembaruan Agraria
(KPA) sejumlah sektor yang menyumbang terjadinya konflik lahan diantaranya
adalah Perkebunan, Infrastruktur, Pertambangan, Kehutanan dan wilayah Pesisir.
Lembaga itu mencatat lahan-lahan yang menjadi ajang konflik sekurang – kurangnya
mencapai 1,2 juta hektare[4].
Dari semua penjabaran di atas
jelas-lah kita, penyebab meningkatnya kemiskinan di Indonesia khususnya pada
tahun 2015 adalah karena dipangkasnya upah buruh semakin dan semakin massifnya
perampasan tanah. Pemerintah dibawah pimpinan Jokowi - JK hingga penghujung
tahun 2015 malah terlihat semakin membuat keadaan massa rakyat menderita. Dari
efek penderitaan ini massa rakyat semakin sadar akan keadaannya. Akhirnya tidak
heran muncul banyak gerakan massa yang mencoba menuntut kembali hak – hak mereka
yang hari ini masih dirampas oleh negara. Maka dari itu saya akan mencoba
menjabarkan sedikit gerakan massa yang muncul selama satu tahun ini. Tujuannya
adalah agar kita semakin memahami, dengan bergabung bersama barisan massa
lainnya akan semakin memudahkan jalan untuk menuntut hak – hak yang harusnya
kita dapat. Dalam tulisan ini saya akan membagi 5 sub-gerakan massa tujuannya
bukan untuk mengkotak – kotakan gerakan tetapi agar lebih mempermudah khalayak
pembaca.
Perjuangan Klas
Buruh
Selama perjalanan sejarah dari
revolusi industri di inggris hingga hari ini kita semua insyaf bahwa kehidupan
buruh tidak mengalami perubahan yang signifikan. Keadaan kehidupan buruh sedunia
tetap-lah terhisap dan tertindas. Sehingga para buruh masih terus berjuang untuk
mendapatkan penghidupan yang layak hingga hari ini. karena perjuangan buruh yang
sangat gigih ini lah setiap tanggal 1 Mei dijadikan sebagai hari buruh
Internasional. Hampir seluruh buruh serta massa rakyat lainnya selalu merayakan
hari buruh ditiap tahun.
Pada tahun 2015 1 May bertepatan pada
hari Jumat, seluruh organisasi buruh pun turun kejalan untuk merayakan hari yang
bersejarah ini. Salah satu organisasi buruh yang ikut dalam aksi ini adalah
Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), puluhan ribu anggota GSBI ikut andil
dalam aksi ini. GSBI yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat melakukan aksi
yang cukup unik pada tahun ini. Karena bertepatan dengan hari jumat GSBI
melakukan aksi sholat jumat berjamaah di sela – sela aksinya. Massa aksi yang
berbaris rapi menjelang waktu sholat Jumat berhenti di depan Gedung Sarinah dan
langsung menggelar Sholat Jumat berjamah. Dalam Sholat Jumat berjamaah ini yang
bertindak menjadi khotib dan Imam adalah bung Abrori ketua SBME GSBI Kota Bekasi
dan Muadzin bung Suhardi dari DPC GSBI Tangerang Raya sekaligus Sebagai Korlap
aksi May Day[5].
Selain may day pada tahun 2015 para
buruh pun serentak melakukan aksi mogok yang tujuannya menolak PP No. 78/2015
Tentang pengupahan. Pemerintah mengklaim bahwa PP ini ditujukan untuk
kepentingan para buruh padahal pada nyatanya Dengan kekayaan alam yang melimpah,
Indonesia adalah sumber bahan baku utama bagi produksi imperialisme. Dengan 250
juta lebih jumlah penduduk, Indonesia adalah sumber tenaga kerja murah sekaligus
pasar yang strategis bagi barang produksi imperialisme. Harus dipahami, ketika
seluruh sumber bahan baku tersedia, bertemu dengan tenaga kerja yang murah, maka
biaya produksi untuk membuat suatu barang di dalam pabrik akan jauh lebih murah,
sehingga keuntungan yang diterima akan semakin besar[6]. Selain itu dampak yang ditimbulkan dari PP ini adalah Secara
ekonomi, disahkannya PP Pengupahan tentu semakin memasifkan perampasan upah
terhadap klas buruh. Menghitung kenaikan upah hanya bersandar pada inflasi serta
pertumbuhan ekonomi semata tidak ada bedanya dengan membatasi kenaikan upah
buruh di bawah 10 persen per tahun[7].
Karena itu semua menyebabkan
penentangan yang besar dari seluruh klas buruh di Indonesia. Salah satu puncak
dari kekecewaan para buruh adalah Buruh yang tergabung dari 22 propinsi di
Indonesia melakukan aksi berupa demo dan mogok pada 24 November – 27 November
2015 di seluruh Indonesia[8].
Perjuangan Kaum Tani
Seperti yang dijelaskan diatas hingga
tahun ini ada sekitar 850 konflik agraria yang terjadi di setiap Provinsi di
Indonesia. Konflik yang disebabkan oleh perampasan tanah hingga hari ini,
akhirnya menimbulkan gerakan – gerakan massa di pedesaan. Berikut ini adalah
sedikit gerakan massa petani yang menolak perampasan tanah yang terus
dilanggengkan oleh Negara pada tahun ini.
Pertama adalah gerakan massa yang
dilakukan oleh petani Desa Sukamulya, Rumpin, Kabupaten Bogor. Masalah agaria
Desa Sukamulya diawali tahun 2006 saat AURI Lanud Atang Sendjaya masuk
memperbaiki bandara peninggalan Jepang dan membangun perumahan untuk AURI. AURI
mengklaim memiliki tanah 1000 HA yang meliputi desa sukamulya yang didalamnya
terdapat 16 kampung[9]. Dan pada tahun 2007 terjadi peristiwa yang sangat tidak
dibenarkan dimana pada tanggal 22 Januari AURI Atang Sendjaya melakukan
berbagai tindakan kekerasan terhadap warga yang mengakibatkan satu orang warga
luka tertembak, sepuluh warga luka karena dipukuli aparat AURI, enam warga
diculik dan dianiaya[10]. Sehingga pada tahun 2015 tepat 8 Tahun peristiwa itu terjadi di
bawah guyuran hujan kota Jakarta sepanjang hari Kamis 22 Januari 2015 sekitar
2000 orang warga masyarakat dari Desa Sukmulya, Rumpin Kabupaten Bogor bersama
AGRA, LBH Jakarta, GSBI, FMN, Kontras, ATKI, SBSI 92 Tangerang dan PUSAKA
mendatangi Istana[11].
Kedua adalah gerakan massa tani
khususnya di daerah Jawa Tengah dan DIY. Ada 4 daerah konflik agraria besar yang
terjadi, daerah itu antara lain Urut sewu, WTT, Wonosobo, dan Rembang. Konflik
yang ada melibatkan antara petani dengan TNI, Pembangunan Bandara, Perkebunan,
dan Perusahaan Semen. Penolakan para petani terhadap perampasan tanah terkadang
direspon tidak baik oleh aparat keamanan contohnya di Urut Sewu terjadi insiden
ketika terjadi penolakan warga sekitar terhadap upaya pemagaran yang dilakukan
TNI sepanjang 22,5 kilometer lahan pesisir yang masih dalam status sengketa.
Sedikitnya empat warga luka berat dan 15 lainnya luka ringan akibat bentrokan
tersebut[12]. Dan perjuangan para petani bukanlah tanpa ada angin segar
diantaranya ada dua kasus yang akhirnya dimenangkan di pengadilan walaupun salah
satunya kalah lagi ketika diajukan banding oleh pihak pemerintah.
Selanjutnya jika buruh memiliki hari
buruh pada tanggal 1 Mei, tani pun memiliki hari bersejarah yaitu hari tani
tanggal 24 September. Pada Hari Tani Nasional tahun ini bertepatan pula dengan
Hari raya idul adha, walaupun demikian organisasi tani diseluruh Indonesia tetap
memperingati walaupun kegiatan yang dilakukan berbeda dengan tahun – tahun
sebelumnya. Walaupun demikian semangat yang dibawa pada Hari Tani Nasional tahun
ini tetaplah sama yaitu semangat penolakan terhadap seluruh perampasan tanah
yang terus dilanggengkan oleh rejim Jokowi – JK.
Perjuangan Rakyat Miskin
Kota
Setelah kita berbicara tentang
gerakan massa kelas buruh dan kaum tani, sekarang kita akan membahas gerakan
massa yang ada di perkotaan. Selama satu tahun ini setidaknya ada tiga gerakan
massa yang cukup besar dari gerakan perkotaan. Gerakan ini didasarkan pada
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga kaum miskin perkotaan
semakin terpinggirkan dan keadaan lingkungan semakin diabaikan. Salah satu
kebijakan yang semakin meminggirkan kaum miskin perkotaan adalah kebijakan
penggusuran yang dilakukan PemProv DKI terhadap warga Kampung Pulo, penggusuran
Kampung Pulo dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2015. Penolakan warga menurut
Sandyawan Soemardi dalam wawancaranya dengan Islam Bergerak, sebenarnya
persoalan warga bukanlah hanya soal ganti rugi. Alasan mereka perlu dilihat
lebih dalam. Relokasi ke rumah susun tidak dapat dilihat sebagai hal yang
sederhana, karena secara sosiologis maupun psikologis transisi tersebut bukanlah
hal yang mudah. Ada permasalahan histori-sosio-psikologis yang selama ini tidak
diperhitungkan[13]. Hal inilah yang menyebabkan warga kampung pulo ingin tetap
bertahan di sana.
Selanjutnya adalah gerakan massa
menolak reklamasi di Bali dan Makassar. Gerakan massa menolak reklamasi
disebabkan dampak yang akan ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan antara lain
Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam
telah berubah menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka daerah
pantai lainnya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan
sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan
untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi di wilayah pedesaan pinggir pantai.
Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam
menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat
mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi secara total.
Pencemaran laut akibat kegiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan mati
sehingga nelayan kehilangan lapangan pekerjaan[14]. Karena dasar itu gerakan massa menolak reklamasi sangat masih
sangat kencang, khususnya kampanye Bali tolak reklamasi.
Selain hal itu, masih teringat juga
oleh kita bagaimana kasus kabut asap di Provinsi Riau dan daerah sekitarnya
menyebabkan persoalan serius baik lingkungan maupun kesehatan, kasus ini pun
ditanggapi oleh rakyat Indonesia dengan sangat keras, melihat Pemprov Riau lewat
kebijakannya memberi ruang untuk monopoli dan perusakan lingkungan oleh
perusahaan-perusahaan besar, bahkan semakin parah dengan lambannya pemerintah
pusat menanggulangi peristiwa ini.
Perjuangan Pemuda
Mahasiswa
Sudah sejak lama dunia pendidikan di
Indonesia selalu di-derap permasalahan. Dari permasalahan fasilitas, kurikulum
hingga biaya kuliah. pada tahun 2015 tercatat banyak gerakan pemuda mahasiswa
yang muncul akibat permasalahan – permasalahan tadi. Yang paling banyak adalah
permasalahan biaya kuliah. padahal sejatinya pendidikan adalah hak seluruh orang
tanpa terkecuali. Jika biaya kuliah terus naik tapi keadaan ekonomi masyarakat
malah menurun bagaimana pemuda bisa mengakses pendidikan. Oleh karena itu banyak
gerakan massa menolak kenaikan biaya kuliah.
Dari medan hingga manado gelombang
aksi penolakan biaya kuliah terjadi selama 2015. Di medan Belasan mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar unjuk rasa di depan
kampus mereka, di Jalan Muchtar Basri, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Jumat
(10/4/2015)[15]. Mereka menolak kebijakan universitas menaikkan biaya pendidikan.
Melalui kenaikan biaya untuk setiap mata kuliah, dan juga kenaikan biaya
wisuda[16]. Sama dengan medan para mahasiswa di Universitas Pekalongan juga
melakukan aksi yang sama menolak kenaikan biaya mata kuliah dan wisuda. Aktivis
mahasiswa Universitas Pekalongan (Unikal) menggelar aksi unjuk rasa di halaman
kampusnya, Senin (2/2) pagi. Mereka memprotes kebijakan kampus yang menaikkan
berbagai jenis biaya kuliah, mulai dari uang kemahasiswaan, uang gedung, hingga
biaya SKS. Humas Aksi, Muhammad Ridik Hamzah mengatakan, aksi protes dilakukan
sebagai luapan kekecewaan mahasiswa dengan kebijakan pihak kampus yang menaikkan
biaya kuliah, namun tidak dibarengi dengan peningkatan sarana dan kualitas.
“Kami sudah jenuh dengan kebijakan kampus kepada mahasiswa. Kami membayar mahal,
tapi tidak disertai sarana yang baik sesuai harapan mahasiswa,”[17].
Selain itu, penolakan terhadap
penarikan biaya kuliah baru yang menggunakan sistem UKT pun banyak dilakukan
diantaranya oleh mahasiswa Universitas Lampung dan UIN Sunan Kalijaga. Ratusan
mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga yang bergabung ke dalam
Aliansi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (AMUK) menggelar demo di depan gedung
rektorat UIN, Rabu (2/9) siang. Ratusan mahasiswa ini menuntut pihak rektorat
untuk menurunkan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Para mahasiswa beranggapan bahwa
besaran UKT saat ini memberatkan mahasiswa[18]. Mereka menuntut pihak rektorat merevisi nominal Uang Kuliah
Tunggal (UKT) yang tahun ini dinilai memberatkan mahasiswa. M Arif Solhan
mengungkapkan, kenaikan biaya UKT tahun ini cukup signifikan dan tidak ada
transparansi dalam penetapan nominal tersebut. Mahasiswa menuntut UKT direvisi
di nominal awal di tahun 2014. “Kita ada tiga gelombang, tahun ini nominalnya
melonjak cukup signifikan. Kami menuntut agar dikembalikan di tahun 2014 yang di
gelombang satu tetap berkisar dari Rp 400 ribu sampai Rp 600 ribu per semester,
gelombang II Rp 600 ribu sampai Rp 900 ribu dan gelombang III di nominal Rp 900
ribu sampai Rp 1.250.000. Karena di tahun 2014 saja bisa menggunakan nominal itu
kenapa sekarang nggak bisa?”[19].
Tidak hanya itu dua kampus besar di
indonesia UI dan UGM yang hingga hari ini menjadi dambaan dan contoh bagi setiap
kampus. Para mahasiswanya pun sedang menghimpun kekuatan untuk menolak rencana
kenaikan biaya kuliah yang dilakukan oleh pihak kampus dan persoalan penarikan
bea Kuliah Kerja Nyata.
Bahkan di UNSOED, persoalan lain juga
ditemukan khususnya soal pencabutan bea bantuan bidikmisi dan pungutan liar
dibalik Kuliah Kerja Lapangan, ini menimbulkan protes dari sana-sini.
dari banyak soal diatas, paling tidak
kita bisa melihat bahwa selama 2015 dunia pendidikan tinggi masihlah bermasalah
dan memicu gelora perjuangan pemuda mahasiswa ditiap kampus.
Perjuangan Terus Menggelora,
Selamat Datang Tahun Baru !
Selama satu tahun ini sudah kita
lihat bahwa hampir seluruh sektor di massa rakyat masih dihujani masalah.
Masalah ini bukan disebabkan secara alamiah melainkan karena dilanggengkannya
skema penghisapan dan penindasan oleh rejim Jokowi – JK. akibat dari semua
permasalahan inilah yang membuat massa rakyat menghimpun diri dan ikut
berpartisipasi dalam satu barisan yaitu gerakan massa. Karena kita pahami hingga
hari ini pemerintah tidak akan pernah membuat suatu kebijakan yang pro rakyat
jika tidak didesak dulu oleh gerakan massa yang luas. Oleh karena itu setelah
kita pahami keadaan Indonesia hari ini tidak baik-baik saja apalagi dibawah
sistem setengah jajahan dan setengah feodal karena gencarnya tiga musuh rakyat
yaitu imperialisme, feodalisme, dan kapitalis birokrat. maka jalan keluar yang
tepat ialah bergabung dengan segenap gerakan massa yang terus menggelora,
karena perubahan sejatinya adalah karya berjuta – juta massa dan dengan
bersandar pada gerakan massa yang progresif perubahan sejati akan terwujud
ditahun dan hari-hari mendatang.
Penulis : Seto Dwi Anggoro
Ka. Dept Administrasi & Keuangan FMN Cabang Purwokerto
[1] http://bps.go.id/brs/view/1158. Akses online 27 Desember 2015.
[2] http://setkab.go.id/inilah-peraturan-pemerintah-nomor-78-tahun-2015-tentang-pengupahan/. Akses online 27 Desember 2015.
[3] http://www.kpa.or.id/news/blog/850-kasus-agraria-provinsi-diprioritaskan/. Akses online 27 Desember 2015.
[4] Ibid
[5] http://www.infogsbi.org/2015/05/di-aksi-may-day-2015-gsbi-gelar-sholat.html. Akses online 27 Desember 2015.
[6] http://www.infogsbi.org/2015/10/pp-no-782015-tentang-pengupahan-skema.html. Akses online 27 Desember 2015.
[7] Ibid
[8] http://www.ehijrah.com/2774/ini-alasan-buruh-menolak-pp-no-78-tahun-2015-tentang-pengupahan/. Akses online 27 Desember 2015.
[9] https://fprsatumei.wordpress.com/2015/01/21/tuntut-selesaikan-konflik-tanah-besok-22-januari-ribuan-warga-desa-sukamulya-rumpin-gerudug-istana/. Akses online 27 Desember 2015.
[10] Ibid
[11] https://fprsatumei.wordpress.com/2015/01/22/delapan-tahun-dalam-teror-dan-intimidasi-warga-masyarakat-rumpin-terus-gencar-menuntut-penyelesaian-konflik-tanahnya-dengan-auri/. Akses online 27 Desember 2015.
[12] http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/23/063694221/konflik-lahan-di-urut-sewu-ini-pemicunya. Akses online 27 Desember 2015.
[13] http://indoprogress.com/2015/09/warga-kampung-pulo-suara-yang-tidak-mau-didengar/. Akses online 27 Desember 2015.
[14] http://www.ilmusipil.com/analisa-dampak-reklamasi-pada-daerah-pesisir-pantai. Akses online 27 Desember 2015.
[15] http://news.okezone.com/read/2015/04/10/340/1132280/demo-tolak-kenaikan-biaya-kuliah-mahasiswa-umsu-ricuh. Akses online 27 Desember 2015.
[16] Ibid
[17] http://www.radarpekalongan.com/62365/mahasiswa-unikal-protes-biaya-kuliah-mahal/. Akses online 27 Desember 2015.
[18]http://beritajogja.id/tuntut-uang-kuliah-turun-mahasiswa-uin-duduki-rektorat.html. Akses online 27 Desember 2015.
[19] http://news.viva.co.id/nusantara/jogja/tolak-kenaikan-uang-kuliah-mahasiswa-uin-suka-gelar-aksi-duduki-rektorat. Akses online 27 Desember 2015.

http://www.soearamassa.com/2015/12/sepanjang-tahun-2015-perjuangan-rakyat.html
BalasHapuslihat juga : http://www.soearamassa.com/2015/12/refleksi-akhir-tahun-2015-jokowi-jk.html
BalasHapus