Purwokerto, Soeara Massa - (28/3) "Kalau bisa, BBM turun
lagi," ungkap Pak Afan (32). Pak Afan adalah satpam Unsoed yang
mengeluhkan kenaikan harga BBM per 28 April 2015 oleh rejim Jokowi-JK melalui SK Menteri ESDMN No.
2486/K/12/MEM/2015. Gajinya yang tetap, tak mampu menyeimbangkan kenaikan harga
BBM yang juga berdampak pada kenaikan harga barang-barang lainnya.
Keluhan lain disampaikan Pak
Kardi (46) selaku pedagang bakso. Meskipun ia punya kesempatan untuk menaikkan
harga bakso seiring dengan naiknya harga BBM, namun ia memilih untuk tidak
menaikkan harga baksonya. Karena ketika harga bakso dinaikkan, tentu berdampak
pada daya beli dan kepuasan pembelinya. "Nggak setuju BBM naik, harusnya
lebih ditambah subsidinya," usul Pak Kardi.
Rio (22), penjaga konter
pulsa di Jl. Gn Muria berpendapat, kenaikan harga BBM membuat pengeluaran
menjadi meningkat. "Harusnya BBM turun," ungkap Rio. Perlu diketahui
bahwa harga BBM memang terus naik dan hanya beberapa kali turun sejak reformasi
yang sempat seharga Rp. 1000,-.
Di SPBU Pabuaran, tim
reporter Soearamassa juga meminta pendapat pada pengguna Premium. Ian
Kurnia (21) "Kenaikan harga BBM berdampak pada kebutuhan ekonomi rakyat
ketika BBM naik rakyat pasti bingung untuk mengatur pengeluaran yang semakin hari
semakin meningkat" tegas Ian Kurnia (21) Mahasiswa Unsoed
Kenaikan Harga BBM 28 maret
2015 yang dilakukan Pemeritah Jokowi - JK justru memberatkan ekonomi masyarakat
tidak terkecuali warga Purwokerto. Kenaikan harga BBM ini bertepatan dengan aktifitas Jokowi-JK berutang sebesar 15 triliun dari Jepang. Hal inilah
yang membuat Rezim Jokowi-JK disebut Rezim Anti - Rakyat.
Along
Kiki
Ahmed

Posting Komentar