| UKT = CACAT HUKUM |
Wahai bapak Rektor, mungkin bapak tercengang ketika melihat kaca pintu rektorat pecah dan satpam-satpam tubuhnya bersimbah darah. Tapi bapak tidak tahu kan ada apa dibalik itu semua, mengapa mahasiswa sampai bertindak arogan seperti itu. Jika bapak Rektor mau menemui kami, kami tidak akan seperti itu pak. Kami tak pernah mau bermusuhan dengan alat penjaga bapak, mereka itu teman kami, akan tetapi bapak mengadu domba kami dengan mereka. Malahan anda menyuruh staf ahli untuk menemui kami, untuk apa coba. Bapak Rektor kan sebagai bapak kami di Universitas tapi kami rela menunggu bapak selama 5 (lima) jam, Nihil tak ada reaksi dari bapak.
Kami mau menceritakan untuk
menjelaskan kepada mahasiswa yang tidak dapat hadir dalam hal mengajak rektorat
untuk audiensi bersama kami membahas UKT yang bermasalah. Berawal dari
keresahan mahasiswa baru dan orang tuanya yang meresahkan UKT yang naik
levelnya, ada level enam dan level 7 yang sangat memberatkan. Kesadaran
inisiatif untuk membuat suatu wadah untuk membahas UKT yang bermasalah pun
muncul dari mahasiswa. Terbentuklah SOMASI (Solidaritas Mahasiswa). Seiring
berjalannya waktu, SOMASI terus menghimpun seluruh mahasiswa baru untuk
membahas UKT. Somasi semakin banyak yang ikut dan semaki besar.
Puncak aksi Somasi di tanggal 17
Desember 2014 hari Rabu tepatnya. Mahasiswa yang tergerak hatinya mulai
mengajak teman-temannya sejak pukul 8 pagi. Berkumpul di PKM Unsoed dari
berbagai fakultas belakang. Kemudian dari PKM mahasiswa yang sudah berkumpul
menjemput mahasiswa kampus yang ada di depan. Beberapa kesulitan terjadi dalam
menghimpun barisan aksi, akan tetapi mahasiswa yang sudah berkumpul tadi
menjemput temannya yang masih ada di dalam kelas. Selepas itu barisan mulai
berangkat menuju ke Rektorat.
Sesampainya
di Gedung Rektorat barisan mahasiswa masih berlangsung dalam keadaan kondusif.
Barisan mahasiswa masih tetap menunggu Rektor. Satu jam, dua jam, tiga jam
bahkan hingga empat jam barisan mahasiswa mulai memanas. Berbagai cara telah
dilakukan mulai dari mengirim sms secara baik-baik kepada rektor, dua kali
melakukan lobbying terhadap rektor, hingga menunggu diluar Gedung Rektorat.
Pihak satpam rektorat mengatakan “sabar
mas sabar kita sedang berkoordinasi dengan rektor di atas”. Tapi mahasiswa
terus memohon bahwa mahasiswa tidak mau bermusuhan dengan satpam “kami tidak bermusuhan dengan bapak satpam
disini, kami hanya ingin bertemu rektor, disini salah rektor yang akan mengadu
domba kita pak, kami juga memperjuangkan hak anak bapak juga dalam hal
pendidikan pak” kata mahasiswa sambil meneteskan air mata. Disitu satpam
tidak dapat menjawab pernyataan dari mahasiswa tersebut. Barisan mahasiswa tahu
bahwa rektor tidak mau menemui mahasiswa. Akhirnya koordinator barisan
memberikan pilihan “kawan-kawan rektor
tidak mau menemui kita, apa yang kita lakukan kawan-kawan?” jawaban massa
aksi “masuk!!!!!!!!”. Alasan mendasar
kenapa rektor tidak mau turun, koordinator satpam menjawab “karena ada tugas Negara”. Berarti mahasiswa tidak dianggap sebagai
warga Negara.
Aksi menerobos masuk merupakan
kesepakatan mahasiswa karena telah jengah menunggu rektor di luar gedung.
Barisan mahasiswa mulai merapatkan barisan untuk menerobos masuk untuk menembus
barisan satpam. Terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kaca pintu yang pecah
dan fasilitas rusak. Dua kubu antara satpam dan mahasiswa berdarah-darah tapi
tetap saja rektor tidak mau turun. Salah satu dari anggota barisan mahasiswa
yang masuk dan duduk di dalam gedung rektorat. Di dalam ia hanya duduk diam dan
ketika ditanyakan satpam ia menjawab hanya ingin bertemu rektor, tapi malah
dipukuli. Tapi mahasiswa yang berhasil masuk tidak mempermalasahkan hal itu,
malah memaafkan perlakuan jajaran satpam dan tetap menyalahkan rektor. Ketika
saat itu malah mahasiswa siap bertanggung jawab mengobati satpam yang terluka. Mahasiswa
menginginkan rektor yang turun akan tetapi yang keluar staf ahli hukum dan
wakil rektor tiga yang masing-masing bernama Pak Kuat dan Prihananto. Terjadi
perdebatan pihak rektorat dan mahasiswa mengenai tuntutan dari mahasiswa dan
penjadwalan audiensi. Kolot sekali perdebatan yang terjadi, akan tetapi barisan
mahasiswa menginginkan audiensi secepatnya yaitu tanggal 19 Desember 2014 hari
Jumat, sekalian solat jumat halaman di gedung rektorat.
Bapak Rektor, kami mahasiswa yang
hanya ingin menginginkan cabut pemberlakuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Unsoed
2014 yang cacat hukum dan kembalikan pengaturannya pada Permendikbud Nomor 55
Tahun 2013 Tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan
Tinggi Negeri pada Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terapkan
UKT pada mahasiswa 2014 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kemampuan ekonomi mahasiswa, hapuskan pungutan liar dan kembalikan seluruh
uang mahasiswa yang telah di pungut diluar UKT, dan perjelas dan permudah
pengaturan dan mekanisme keringanan biaya kuliah. Semua itu demi orang tua kami
agar bisa tersenyum lepas saat menguliahkan kami pak dan bapak-bapak satpam
mampu menguliahkan anaknya. Bukan mengeluh atau harus berhutang kesana-sini
saat pembayaran UKT awal semester pak. Kami sebagai mahasiswa tetap akan
memperjuangkan kok pak masalah UKT ini. Bapak Rektor, saat hari Jumat tanggal
19 Desember 2014 mau kan pak menerima kami untuk audiensi, kita sangat
keberatan pak dengan UKT kita. Oh iya untuk teman-teman mahasiswa datang ya
besok tanggal 18 Desember 2014 jam satu siang untuk membahas audiensi kita.
#SomasiUnsoed
HIDUP
MAHASISWA INDONESIA!!!
Posting Komentar