BREAKING NEWS

Kamis, Mei 21, 2015

Gerakan Pemuda Mahasiswa Masih Perlu Belajar



Istilah pemuda mahasiswa dirasa tepat dalam tulisan ini. Karena bicara gerakan mahasiswa, tentu yang kita maksud bukanlah mahasiswa yang menempuh studi doktoral
yang sudah berumur 30-an. Tetapi mahasiswa yang masih muda, usia belasan sampai duapuluhan, yang masih punya semangat meledak-ledak. Supaya tidak terjadi ambiguitas, digunakanlah istilah pemuda mahasiwa. Berhubung saya bukanlah ahli gerakan, mohon kamu jangan percaya pada tulisan ini begitu saja. By the way, selamat memperingati 17 tahun reformasi 21 Mei!
Pemuda mahasiswa kerap dicap sebagai aktor utama dalam penggulingan rejim fasis Soeharto pada Mei 1998. Momen jatuhnya orde baru itu kemudian dikenang sebagai awal dari era reformasi Indonesia. Gerakan pemuda mahasiswa hari ini tak bisa dipungkiri memiliki beberapa warisan sejarah perjuangan dari gerakan Mei 1998. Bahkan perjuangan pemuda mahasiswa hari ini pun masih banyak menggunakan tradisi dari gerakan pemuda mahasiswa pada Orde Baru, seperti bernyanyi lagu Darah Juang, dan Buruh Tani serta mengucap Sumpah Mahasiswa Indonesia.
Apa yang diperoleh gerakan pemuda mahasiswa dari reformasi? Beberapa kondisi buruk yang dialami mahasiswa pada Orde Baru, ternyata masih ada di era reformasi. NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus) masih eksis di kampus, ditandai dengan dilarangnya organisasi massa mendirikan sekretariat di kampus, dan masih ada Pembantu atau Wakil Dekan/Rektor III. Kondisi ini justru diperparah dengan adanya kenaikan biaya kuliah, mulai dari kemunculan rejim uang pangkal, otonomi kelola kampus, dan UKT (Uang Kuliah Tunggal). Belum lagi dengan skema percepatan  produksi sarjana, yakni melalui percepatan masa kuliah menjadi maksimal 5 tahun, dan pengekangan dalam berorganisasi melalui adanya jam malam di kampus. Menang di level nasional, kalah di kampus sendiri.
Kabar baik justru datang dari organisasi buruh dan tani. Reformasi yang dibuka oleh mahasiswa dimanfaatkan baik boleh klas buruh dan kaum tani, dengan ramai-ramai membentuk serikat buruh dan serikat tani. Tidak hanya itu, serikat buruh dan serikat tani itu pun selama 17 tahun reformasi ini telah menuai banyak sekali kemenangan-kemenangan kecil. Serikat buruh misalnya, telah berhasil menjadikan 1 Mei sebagai hari libur untuk merayakan May Day atau Hari Buruh Internasional. Seorang satpam bahkan berhasli menang dalam persidangkan di Mahkamah Konstitusi untuk menghapus aturan tentang penundaan pemberian pesangon pada pekerja.
Gerakan tani juga mengalami kemajuan pesat. Pada tahun 2001, berbagai elemen dari serikat tani berhasil mendesak negara untuk melegitimasi penguasaan SDA oleh dan untuk rakyat. Hal ini tertuang dalam Tap MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA. Berbagai tindakan reclaiming (pengambilalihan kembali tanah) dan okupasi lahan menuai keberhasilan, begitupun tindakan pencegahan landgrabbing (perampasan tanah) dari korporasi dan negara.
Meskipun adakalanya gerakan buruh dan tani tidak selalu menang, akan tetapi perkembangan yang signifikan dari orde baru ke era reformasi sungguh tak dapat disangkal.  Gerakan buruh dan tani berhasil menciptakan syarat-syarat tumbuhnya organisasi dan gerakan politik yang kuat. Alih-alih berpikiran “idealis” seperti merebut kekuasaan negara dan menciptakan rakyat adil makmur, seperti pikiran-pikiran mahasiswa, gerakan tani dan buruh bisa besar karena tidak melampaui kesadaran “idealis” seperti itu. Gerakan buruh dan tani justru lebih sistematis dalam membangun gerakan. Mulai dari menciptakan syarat berorganisasi dan memperjuangkan hak demokratik dan konstitusional rakyat, sampai dengan melakukan sabotase ekonomi dan merebut alat produksi.
Akan tetapi menjamurnya gerakan buruh dan tani, bukanlah terjadi secara alamiah. Ada peran dari kaum intelektual yang berasal dari kampus yang membantu mempercepat gerakan buruh dan tani. Entah itu dengan mendirikan Non Government Organization (NGO) maupun terintegrasi dengan organisasi massa serikat buruh dan tani. Artinya ada ikatan kuat antara gerakan pemuda mahasiswa dengan gerakan buruh dan tani. Entah di semester akhir atau selepas meninggalkan bangku kuliah, pemuda mahasiswa yang sudah merasa selesai menjadi aktivis kampus kemudian menjalani kehidupan aktivis yang lebih konkrit, yakni aktivis rakyat. Gramsci menamai orang macam ini dengan istilah intelektual organik.
Meskipun tidak mengalami kemajuan yang signifikan, beberapa gerakan pemuda mahasiswa akhirnya menyadari pentingnya berjuang secara sistematis. Pada tahun 2008, gerakan pemuda mahasiswa berhasil menang di persidangan Mahkamah Konstitusi dalam rangka menghapus UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang berisi tentang komersialisasi, liberalisasi, dan privatisasi pendidikan. Akan tetapi kemudian pada tahun 2012 pemerintah menerbitkan UU Pendidikan Tinggi, sebagai bentuk reinkarnasi dari UU BHP. UU Pendidikan Tinggi ini pun digugat ke Mahkamah Konstitusi juga, meskipun akhirnya tidak berhasil dicabut. Berbagai perjuangan di kampus pun berhasil memperoleh kemenangan kecil seperti keberhasilan mahasiswa UGM dalam menghapus pungli berwujud kartu parkir, keberhasilan mahasiswa Unsoed menghapus Sumbangan Murni dan kenaikan UKT, keberhasilan mahasiswa IAIN Purwokerto menghapus pungli berwujud sumbangan POM (Persatuan Orang Tua Mahasiswa), dan sebagainya.
Akan tetapi kemenangan kecil tersebut selamanya akan menjadi kemenangan kecil ketika syarat-syarat adanya organisasi yang kuat tidak diciptakan. Gerakan pemuda mahasiswa akan selamanya kecil ketika tidak mampu menyatukan pandangan dalam hal menyadari dirinya sendiri sebagai suatu kelas tertentu, sebagai golongan yang punya masalah yang sama, yakni masalah pasangan hidup pendidikan dan pekerjaan. Sehingga agenda ke depan gerakan pemuda mahasiswa adalah menciptakan syarat untuk percepatan dan perluasan pembangunan organisasi pemuda mahasiswa sejati.
Pernahkah kamu menghitung berapa banyak diskusi, seminar, atau bahkan konser di kampus yang mengundang aktivis dan seniman rakyat? Gerakan pemuda mahasisiswa yang kuat adalah gerakan yang bisa memastikan lebih banyak acara yang demikian di kampus ada setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, bahkan setiap hari. Gerakan pemuda mahasiswa yang kuat adalah gerakan yang memastikan acara yang demikian di kampus, jumlahnya lebih banyak daripada seminar membosankan yang mendatangkan pejabat negara untuk pamer program, dan motivator bisnis yang ilusif. Gerakan pemuda mahasiswa yang kuat adalah gerakan yang memastikan rekruitmen gerakan rakyat seperti buruh, tani, kaum miskin, masyarakat adat, gerakan lingkungan, gerakan anti penggusuran, dan gerakan rakyat lainnya bisa lebih besar dari rekruitmen perusahaan multinasional dan PNS.
Rejim fasis Soeharto telah tumbang, namun bukan berarti fasisme berhenti. Kekerasan, penangkapan, dan penembakan pada aktivis, petani, buruh, baik yang terbuka maupun tertutup, masih terjadi dan nyata di sekitar kita. Rejim yang dikuasai borjuis komprador dan tuan tanah tidak pernah berbaik hati begitu saja membiarkan gerakan rakyat besar. Oleh karena itu, pada 21 Mei ini, kita tidak bisa hanya tenggelam dalam romantisme semata. Fasisme belum mati. Membiarkan gerakan rakyat tetap kecil sama saja membuka jalan yang lebar terhadap keberlangsungan fasisme.
Gerakan pemuda mahasiswa pada intinya perlu banyak belajar dari sesamanya, dan tentunya dari gerakan rakyat. Impian mulia seperti merebut kekuasaan negara, menghapus monopoli kepemilikan atas sumber daya alam, dan mewujudkan masyarakat adil makmur harus tetap menggantung lima sentimeter di depan dahimu. Akan tetapi sambil memastikan ia menggantung, pastikan juga kamu mengganti kendaraan tuamu dengan motor balap termutakhir, supaya impianmu tidak melaju duluan meninggalkanmu, dan dihancurkan oleh kenyataan pahit dari kehidupan yang dikuasai oleh penindas dan penghisap rakyat. Bermimpilah untuk kemuliaan diri sendiri dan seluruh umat manusia, kemudian perjuangkanlah !
(Tulisan ini dibuat untuk iseng-iseng belaka)
Panji Mulkillah, @panjimulki, FH Unsoed 2010, pegiat di Front Mahasiswa Nasional

Share this:

Posting Komentar

 
Back To Top
Copyright © 2018 Soeara Massa. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates