BREAKING NEWS

Kamis, April 23, 2015

Perempuan dan Lingkungan


Perempuan dan Lingkungan
Oleh:
Adita Widya Pangestika
(Mahasiswi Komunikasi 2014 dan Anggota Divisi Perempuan Front Mahasiswa Nasional Ranting Unsoed)



Dimana-mana kini,
Dimana-mana kini bumi menua berubah
Dimana-mana kini sawah menjelma gedung-gedung megah
Dimana-mana kini warna hutan tak lagi hijau
Dimana-mana kini matahari tampak terik panas mengkilau

Dimana-mana kini gunung-gunung meletus

Dimana-mana kini sungai-sungai meluap menggerus
Dimana-mana kini asap-asap cerbong pabrik menguap
Dimana-mana kini langit menghitam gelap
Dimana-mana kini bumi berlinang air mata
Dimana-mana kini seisi bumi meronta-ronta
Dimana-mana kini manusia lupa asalnya
Dimana-mana kini manusia rasakan keserakahannya
Dimana-mana kini kita berserah di doa yang terapal
Dimana-mana kini kita diam di samping kubur menunggu ajal

-Masroer, 25 April '14 ~(20:24).



Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.  Potensi-potensi alam yang ada di darat maupun di perairan, sejatinya harus mampu untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia, mulai dari kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Namun hal itu tidak terjadi karena negara sebagai pihak yang menguasai sumber daya alam belum mampu mengelola dari hulu ke hilir untuk kemakmuran rakyatnya, seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Seluruh kekayaan Indonesia dieksploitasi dengan dalih pembangunan perekonomian negara. Tetapi pengeksploitasian yang besar-besaran itu melihat dampak yang panjang kondisi lingkungan hidup. Berbagai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi kian sulit ditangani, karena kebutuhan manusia harus terus ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akibat dari eksploitasi alam yang besar-besaran membuat semakin parah rusaknya lingkungan hidup, misal kebakaran hutan di Kalimantan Barat yang ternyata sengaja dilakukan oleh negara melalui PTPN (PT. Perkebunan Nusantara) dalam rangka alih fungsi hutan tropis menjadi lahan perkebunan industri khususnya kelapa sawit. Dampak negatifnya yang terjadi adalah musnahnya keanekaragaman hayati yang ada di hutan Kalimantan Barat. Imbasnya terjadi banjir di beberapa wilayah di Kalimantan Barat. Begitupun dengan penghancuran hutan rimba (virgin forest) di Merauke, yang dilakukan oleh perusahaan Medco melalui skema Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) untuk membangun Food Estate untuk keperluan pasar internasional. Di Rembang pengeksploitasian besar-besaran yang dilakukan oleh PT. Semen Indonesia dengan cara penambangan pabrik semen yang nantinya dapat merusak lingkungan di sekitar cekungan Watuputih sebagai sumber air rakyat di daerah Rembang.  

Dari permasalahan lingkungan yang semakin parah, beberapa feminis beranggapan bahwa terjadinya kerusakan lingkungan dilakukan oleh laki-laki sebagai akibat dari tindakan eksploitasi dan pembangunan (baca: Eco-feminisme), dengan kata lain feminis ini menyalahkan kaum laki-laki sebagai penyebab dari semuanya kerusakan alam. Pandangan ini jelas keliru karena wewenang dalam menentukan ataupun membuat suatu kebijakan yang berhubungan oleh lingkungan bukan hanya dipegang oleh laki-laki, tetapi seluruhnya baik itu laki-laki dan perempuan dalam bentuk negara sebagai penanggung jawab. Meskipun memang karena masih berlangsungnya relasi yang patriarkis dalam masyarakat, banyak laki-laki yang mendominasi hubungan kerja ekonomi. Namun tidak lantas hubungan patriarkal saja yang mempengaruhi kerusakan lingkungan. Medco Energy yang terlibat atas MIFEE adalah perusahaan dipimpin oleh laki-laki maupun perempuan, yakni Lukman Mahfoedz, Lany Wong, Firla Berlini, dan Akira Mituza. Bahkan Menteri BUMN, Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan diisi nama-nama perempuan yaitu Rini M. Soemarno, Susi Pudjiastuti, dan Siti Nurbaya yang semuanya adalah perempuan. Sebagai Menteri-menteri tadi yang bertanggung jawab sesuai dengan jobdesknya.

Penyebab utama dari kerusakan lingkungan erat kaitannya dengan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh klas yang berkuasa, borjuasi besar komprador sebagai investor melalui korporasinya bersama negara sebagai alat legitimasi untuk menguasai kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Dalam kasus pembakaran dan alih fungsi hutan di Kalimantan Barat misalnya, kebijakan tersebut untuk alih fungsi hutan berada di tangan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2005 pemerintah mencanangkan pembukaan lahan sawit baru seluas 1,5 juta hektar. Namun kenyataannya di lapangan menunjukan lebih dari 3 juta hektar lahan sawit baru telah dibuka dengan perizinan yang sangat mudah. Begitupun dengan kasus MIFEE di Merauke dan Tambang Semen di Rembang. Segala kerusakan lingkungan selalu ada pihak dari negara dan borjuasi besar komprador sebagai investornya.
Oleh karena itu persoalan kerusakan alam tidak semata-mata hanya disebabkan oleh laki-laki, melainkan juga dikarenakan adanya relasi kerja ekonomi yang memang tidak dapat dipungkiri masih melanggengkan budaya patriarkal.

Pada dasarnya laki-laki dan perempuan harus bekerjasama untuk mengubah persepsi ketimpangan gender yang sudah terlanjur menyebar luas di masyarakat. Serta terus berusaha bersama untuk memperbaiki kerusakan alam. Karena alam tidak bisa lagi dimaknai sebagai warisan untuk anak cucu kita, melainkan titipan dari anak cucu kita.

Kaum perempuan harus berhenti menyalahkan laki-laki atas segala bentuk kerusakan lingkungan yang terjadi, karena perilaku tersebut justru semakin mempertegas gambaran bahwa perempuan adalah kaum yang masih tersubordinasi oleh kaum laki-laki. Perempuan harus turut berpartisipasi dalam usaha menjaga lingkungan hidup serta menjaga kelestariannya.
Sehingga laki-laki dan perempuan harus diorganisasikan dalam sebuah organisasi dalam satu garis politik yang memiliki cita-cita mulia, yaitu Demokrasi Nasional. Karena dalam organisasi bergaris politik Demokrasi Nasional laki-laki dan perempuan berjuang bersama-sama untuk melepaskan Indonesia dari belenggu setengah jajahan setengah feodal yang telah merusak lingkungan hidup kita.


Perempuan Bangkit Melawan Penindasan!!!

Share this:

Posting Komentar

 
Back To Top
Copyright © 2018 Soeara Massa. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates