Perempuan dan Lingkungan
Oleh:
Adita Widya Pangestika
(Mahasiswi Komunikasi 2014 dan Anggota Divisi Perempuan Front Mahasiswa Nasional Ranting Unsoed)
Dimana-mana kini,
Dimana-mana kini bumi menua berubah
Dimana-mana kini sawah menjelma gedung-gedung megah
Dimana-mana kini warna hutan tak lagi hijau
Dimana-mana kini matahari tampak terik panas mengkilau
Dimana-mana kini gunung-gunung meletus
Dimana-mana kini sungai-sungai meluap menggerus
Dimana-mana kini asap-asap cerbong pabrik menguap
Dimana-mana kini langit menghitam gelap
Dimana-mana kini bumi berlinang air mata
Dimana-mana kini seisi bumi meronta-ronta
Dimana-mana kini manusia lupa asalnya
Dimana-mana kini manusia rasakan keserakahannya
Dimana-mana kini kita berserah di doa yang terapal
Dimana-mana kini kita diam di samping kubur
menunggu ajal
-Masroer, 25 April '14 ~(20:24).
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya
alam yang
melimpah. Potensi-potensi alam yang ada di darat maupun di perairan, sejatinya harus mampu untuk memenuhi kebutuhan rakyat
Indonesia, mulai
dari
kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Namun hal itu tidak terjadi karena negara
sebagai pihak yang menguasai sumber daya alam belum mampu mengelola dari hulu ke hilir
untuk
kemakmuran rakyatnya,
seperti yang diamanatkan dalam
UUD
1945 pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Seluruh kekayaan Indonesia
dieksploitasi dengan dalih
pembangunan perekonomian negara.
Tetapi pengeksploitasian yang besar-besaran itu melihat dampak yang panjang
kondisi lingkungan hidup. Berbagai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi kian sulit ditangani, karena kebutuhan manusia harus terus ada
untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akibat dari eksploitasi alam yang besar-besaran
membuat semakin parah rusaknya lingkungan hidup, misal
kebakaran hutan di Kalimantan Barat
yang
ternyata sengaja dilakukan oleh negara melalui PTPN (PT. Perkebunan Nusantara)
dalam rangka alih fungsi hutan tropis menjadi lahan perkebunan industri
khususnya kelapa sawit. Dampak negatifnya yang terjadi adalah musnahnya keanekaragaman hayati yang ada di hutan Kalimantan
Barat.
Imbasnya
terjadi banjir di beberapa wilayah di Kalimantan Barat. Begitupun dengan
penghancuran hutan rimba (virgin forest)
di Merauke, yang dilakukan oleh perusahaan Medco melalui skema Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE)
untuk membangun Food Estate untuk keperluan pasar internasional. Di Rembang pengeksploitasian besar-besaran yang
dilakukan oleh PT. Semen Indonesia dengan cara penambangan pabrik semen yang nantinya dapat merusak lingkungan di sekitar cekungan Watuputih sebagai
sumber air rakyat
di daerah
Rembang.
Dari permasalahan lingkungan yang semakin parah, beberapa
feminis beranggapan bahwa terjadinya kerusakan lingkungan dilakukan oleh
laki-laki sebagai akibat dari tindakan eksploitasi dan pembangunan (baca: Eco-feminisme), dengan kata lain feminis
ini menyalahkan kaum laki-laki sebagai penyebab dari semuanya kerusakan alam.
Pandangan ini jelas
keliru karena wewenang dalam
menentukan ataupun membuat
suatu
kebijakan yang
berhubungan oleh
lingkungan bukan hanya dipegang oleh laki-laki, tetapi seluruhnya baik itu laki-laki dan perempuan
dalam bentuk negara sebagai penanggung jawab. Meskipun memang
karena masih berlangsungnya relasi yang patriarkis dalam masyarakat, banyak
laki-laki yang mendominasi hubungan kerja ekonomi. Namun tidak lantas hubungan
patriarkal saja
yang mempengaruhi kerusakan
lingkungan. Medco Energy yang terlibat atas MIFEE adalah perusahaan dipimpin oleh
laki-laki maupun perempuan, yakni Lukman Mahfoedz, Lany Wong, Firla Berlini,
dan Akira Mituza. Bahkan
Menteri BUMN, Menteri
Kelautan dan Perikanan, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
diisi nama-nama perempuan
yaitu Rini M. Soemarno, Susi Pudjiastuti, dan Siti Nurbaya yang semuanya adalah perempuan. Sebagai Menteri-menteri tadi yang bertanggung jawab sesuai dengan jobdesknya.
Penyebab utama dari
kerusakan lingkungan erat kaitannya dengan eksploitasi sumber daya alam yang
dilakukan oleh klas yang berkuasa, borjuasi besar komprador sebagai investor melalui korporasinya bersama
negara sebagai alat legitimasi untuk menguasai kekayaan sumber daya alam maupun
sumber daya manusianya. Dalam kasus pembakaran dan alih fungsi
hutan di Kalimantan Barat misalnya, kebijakan tersebut untuk alih fungsi
hutan berada di tangan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun
2005 pemerintah mencanangkan pembukaan lahan sawit baru seluas 1,5 juta hektar.
Namun kenyataannya
di lapangan menunjukan lebih dari 3 juta hektar lahan sawit baru telah dibuka
dengan perizinan yang sangat mudah. Begitupun dengan kasus MIFEE di Merauke dan
Tambang Semen di Rembang. Segala kerusakan lingkungan selalu ada pihak dari
negara dan borjuasi besar
komprador sebagai investornya.
Oleh karena itu persoalan kerusakan
alam tidak semata-mata
hanya
disebabkan oleh laki-laki, melainkan juga dikarenakan adanya relasi kerja ekonomi yang memang tidak
dapat dipungkiri masih melanggengkan budaya patriarkal.
Pada dasarnya laki-laki dan perempuan
harus bekerjasama untuk mengubah persepsi ketimpangan gender yang sudah
terlanjur menyebar luas di masyarakat. Serta terus berusaha bersama untuk
memperbaiki kerusakan alam. Karena alam tidak bisa lagi dimaknai sebagai
warisan untuk anak cucu kita, melainkan titipan dari anak cucu kita.
Kaum perempuan harus
berhenti menyalahkan laki-laki atas segala bentuk kerusakan lingkungan yang
terjadi, karena perilaku tersebut justru semakin mempertegas gambaran bahwa
perempuan adalah kaum yang
masih tersubordinasi oleh kaum laki-laki.
Perempuan harus turut
berpartisipasi dalam usaha menjaga lingkungan hidup serta menjaga kelestariannya.
Sehingga laki-laki dan perempuan harus diorganisasikan
dalam sebuah organisasi dalam satu garis politik yang memiliki cita-cita mulia,
yaitu Demokrasi Nasional. Karena dalam organisasi bergaris politik
Demokrasi Nasional laki-laki dan perempuan berjuang bersama-sama untuk
melepaskan Indonesia dari belenggu setengah jajahan setengah feodal yang
telah merusak lingkungan hidup kita.
Perempuan
Bangkit Melawan Penindasan!!!

Posting Komentar