BREAKING NEWS

Selasa, November 25, 2014

Kenaikan Harga Bbm : Ujian Bagi Gerakan Rakyat Menegakkan Hak-Hak Demokratisnya



Oleh : Panji M.A.[1]

Pengkhianatan Jokowi-JK Kepada Rakyat Indonesia

Rejim Boneka Jokowi dengan dalih pemborosan biaya APBN untuk subsidi, maka harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dinaikkan. Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu IndonEsia Pintar (KIP) hanyalah ilusi yang usang dan sebaliknya, kebijakan naiknya harga BBM akan digunakan sebagai pembiayaan rezim Jokowi-JK untuk mega proyek MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Adapun MP3EI telah disiapkan sejak rezim SBY-Boedi, tepatnya sejak 2011, dan mega proyek tersebut berakhir pada 2025. Jokowi-JK meneruskan program MP3EI yang sejatinya merupakan program untuk menjadikan Indonesia sebagai lahan investasi dari pemodal besar Internasional. MP3EI merupakan pembangunan infrastruktur dan birokrasi dalam rangka memuluskan Pemodal Besar Internasional dalam mengeruk kekayaan Sumber Daya Agraria dan Manusia di Indonesia.

Jokowi meresmikan kenaikan harga BBM premium dari Rp.6500 menjadi Rp.8500 per liter, dan Solar dari Rp.5500 per liter menjadi Rp.7500 per liter. Awal yang menyakitkan bagi rakyat Indonesia. Belum ada satu bulan pelantikan Jokowi-JK (22/11/2014) memperlihatkan bahwa Jokowi-JK bertopeng nasionalisme palsu yang anti rakyat. Kebijakan penaikan harga ini dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 34 Tahun 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.

Permasalahan kenaikan BBM tidak bisa lepas dari penguasaan perusahaan besar terhadap sumber Migas di Indonesia, dengan 84 perusahaan Migas yang dikategorikan ke dalam 3 kelompok,

1.      Super Major, yang terdiri dari ExxonMobile, Total Fina Elf, BP Amoro Arco, dan Texaco yang menguasai 70% cadangan minyak dan 80% gas Indonesia.
2.      Major, yang terdiri dari Conoco, Repsol, Unocal, Santa Fe, Gulf, Premier, Lasmo, Inpex, dan Japex telah menguasai cadangan minyak 18% dan gas 15%.
3.      Pemerintah, melalui perusahaan Pertamina menguasai 12% minyak dan 5% gas.

Kebijakan Jokowi dengan menaikkan BBM menunjukkan sikap setianya kepada imperialisme asing, terutama Amerika Serikat. Jokowi tunduk pada kepentingan asing, dan mengorbankan rakyat. Inilah bukti bahwa Indonesia masih negara Setengah Jajahan dan Setengah Feodal. Akibat kenaikan harga BBM, kaum tani, buruh, perempuan, kaum miskin kota, pemuda, mahasiswa, dan rakyat tertindas lainnya semakin merasakan penderitaan tak henti-hentinya.

Jokowi Menggunakan Celah yang Diwarisi SBY Dalam Mengambil Kebijakan

Mekanisme pengambilan kebijakan kenaikan harga BBM kali ini berbeda dari mekanisme sebelum sebelumnya. Kenaikan BBM terakhir dilakukan pada tahun 2013, yakni pada rezim SBY-Boediono. Meski begitu, mekanisme pengambilan keputusan ini didahului melalui proses yang panjang, yakni sejak Maret 2012. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan rapat sejak tanggal 30 Maret, hingga 31 Maret dini hari, untuk membahas pengesahan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (UU APBN-P).

Hasil dari rapat paripurna DPR tersebut ialah menyetujui tambahan ketentuan, yakni Pasal 7 ayat 6A. Ketentuan tersebut berisi bahwa pemerintah baru dapat menyesuaikan harga BBM apabila dalam enam (6) bulan terakhir harga ICP minyak mengalami kenaikan atau penurunan 15% dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN-P 2012 sebesar 105 USD AS per barrel. Keputusan ini dilaksanakan dengan mekanisme voting, yang didukung oleh mayoritas fraksi partai yang menjadi koalisi SBY, yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, PKB, PKS, PPP dan PAN. Sedangkan yang menolak keputusan tersebut ialah PDI-P, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Sejak hasil rapat paripurna DPR itu diputus, harga BBM yang direncanakan pemerintah akan naik pada 1 April 2014 batal terlaksana[2].

Adapun yang menjadi catatan penting di sini ialah pada menjelang rapat paripurna DPR, gelombang perlawanan dari gerakan rakyat terjadi cukup masif dan besar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Purwokerto. Akan tetapi besarnya gerakan itu tidak dapat dipungkiri telah disusupi oleh kepentingan elit partai tertentu, terutama dari partai-partai oposisi pemerintah, sebagaimana telah disebutkan di atas[3]. Penyusupan kepentingan elit inilah sebenarnya yang telah menghancurkan gerakan rakyat itu sendiri, dari dalam.

Hasil rapat paripurna DPR 31 Maret 2012 tersebut seolah-olah menjadi kekalahan pemerintah, dan seolah-oleh kemenangan DPR. Seolah menjadi kekalahan pemerintah, karena rencana pemerintah yang hendak menaikkan harga pada 1 April 2012 menjadi gagal. Seolah menjadi kemenangan DPR, karena DPR merasa telah berhasil menggagalkan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Namun namanya saja “seolah-olah”, artinya hanya pura-pura saja, alias sandiwara.

Yang sebenarnya terjadi ialah bahwa negara telah melakukan suatu mengambil langkah yang mengkhianati rakyat Indonesia. Dengan menyandarkan harga BBM pada mekanisme harga pasar minyak dunia, negara Indonesia telah menjadikan BBM sebagai komoditas (barang dagangan). Ini menandakan bahwa negara Indonesia makin menegaskan liberalisasi sektor BBM, yang padahal sejatinya merupakan hak rakyat Indonesia. Kontrol negara atas BBM berubah menjadi kontrol pasar bebas internasional atas BBM, yang difasilitasi oleh negara.

Negara adalah alat bagi klas yang berkuasa untuk menindas klas yang dikuasai. Dengan kata lain, siapapun aparatusnya, entah itu DPR maupun Presiden, hanyalah bersandiwara untuk menipu gerakan rakyat. Negara telah mengerjai gerakan rakyat, menjebloskan gerakan rakyat ke palung samudra yang gelap gulita, supaya rakyat bisa tertindas dan terhisap selamanya.

Celah hasil rapat paripurna DPR inilah yang digunakan SBY pada tahun 2013 dan Jokowi pada 2014, untuk menaikkan harga BBM. Berturut-turut SBY dan Jokowi menaikkan harga BBM tanpa melalui mekanisme pembahasan paripurna DPR. Keduanya menerbitkan aturan kenaikan harga BBM hanya melalui Peraturan Menteri ESDM.

Rakyat Berdaulat, Rebut Hak Mengambil Keputusan Sendiri
SBY dapat menjadi presiden untuk kedua kalinya karena menjelang Pilpres 2009, ia menurunkan harga BBM sebesar 500 rupiah. Jokowi membuat resah rakyat Indonesia hanya dengan menerbitkan Peraturan Menteri. Itu artinya kenaikan harga BBM bukan hanya tentang selisih harga saja, bukan hanya soal pendapatan negara saja. Di Indonesia, barang siapa yang mengontrol minyak, dia bisa mengontrol kehidupan masyarakat. Ini menandakan tidak ada kemerdekaan dan demokrasi sejati di negara setengah jajahan dan setengah feodal Indonesia.

SBY maupun Jokowi, adalah rejim fasis, rejim boneka, dan rejim feodal yang anti rakyat, anti kritik, dan anti demokrasi. Sedangkan DPR adalah sarang koruptor, penjilat, dan penipu rakyat. Harus diakui bahwa rakyat saat ini masih tertindas dan terhisap oleh negara setengah jajahan dan setengah feodal.

Meski begitu, pengalaman pahit rakyat karena dikhianati oleh rejim sepanjang zaman tidak bisa dijadikan alasan untuk menyerah. Gerakan rakyat akan menjadikan kekeliruan di masa lalu menjadi pembelajaran di masa depan. Gerakan rakyat akan sadar bahwa kita tidak bisa menyandarkan nasib pada aparatus negara. Kita hanya bisa percaya dengan kekuatan internal, kepercayaan atas kekuatan diri, untuk merebut dan mempertahankan hak demokratis rakyat.

Kita bisa mengubah cara berpikir kita, menjadi percaya bahwa rakyat memiliki hak untuk mengambil keputusan sendiri. Bahwa tiada seorang pun yang dapat sewenang-wenang mengontrol nasib hidup kita, termasuk menaikkan dengan seenaknya harga BBM. Bahwa rakyat bukan sekedar menyampaikan aspirasi, karena ini lebih dari aspirasi. Ini hak untuk mengambil keputusan sendiri secara demokratis yang sejati.

Namun yang menjadi persoalan ialah, bisakah kita melakukannya? Lantas bagaimana caranya? Hak rakyat untuk mengambil keputusan sendiri disebut juga dengan plebisit (plebiscite) , atau biasa disebut dengan referendum. Adapun plebisit tidaklah diatur di dalam peraturan di Indonesia. Watak negara yang anti rakyat tentu saja tidak akan membolehkan rakyat menikmati hak demokratisnya. Meski begitu bukan berarti kita tidak dapat melakukan plebisit. Pengalaman di Timor Timur, yang mana rakyatnya memutuskan untuk melakukan plebisit, untuk lepas menjadi Timor Leste karena terus menerus ditindas oleh rejim fasis Soeharto, bisa menjadi teladan bahwa plebisit bukan tidak mungkin dilakukan.

Plebisit tidak hanya dapat dilakukan untuk memerdekakan diri, namun juga untuk mengambil suatu keputusan untuk dijadikan kebijakan. Di Bolivia misalnya, plebisit pernah dilakukan untuk membahas kepemilikan atas perusahaan gas nasional. Di Kanada, plebisit pernah dilakukan untuk membahas legalisasi minuman anggur. Di Chili, plebisit pernah dilakukan untuk membahas kebijakan pendidikan. Dan tentu saja, plebisit tersebut disertai dengan gelombang perlawanan dari rakyat. Karena plebisit bukanlah pemberian, melainkan hal yang harus direbut sendiri oleh rakyat.

Penutup
panji mulkillah ahmad
Kenaikan harga BBM adalah bukti bahwa rejim Jokowi masih mempertahankan kondisi Indonesia sebagai negara setengah jajahan dan setengah feodal, pengabdi imperialisme. Uang yang dikeruk negara dari rakyat melalui kenaikan harga BBM, digunakan untuk mendanai megaproyek MP3EI. Negara dapat mengontrol masyarakat melalui kebijakan penetapan harga BBM, sementara di sisi lain rakyat tidak punya hak sama sekali untuk mengambil keputusan.

Solusi dari persoalan ini ialah dengan cara menegaskan dan membangkitkan kembali kesadaran rakyat untuk mengorganisir diri dan melakukan perlawanan. Aksi-aksi harus terus dilakukan oleh organisasi, komunitas, maupun individu, dengan cara sekreatif apapun, untuk menyatakan sikap penolakan atas kenaikan harga BBM.




[1] Anggota Front Mahasiswa Nasional Cabang Purwokerto, mahasiswa FH Unsoed 2010.
[2] http://nasional.kompas.com/read/2012/03/31/07044844/Pemerintah.Menerima.Penundaan.Kenaikan.Harga.BBM
[3] http://bola.kompas.com/read/2012/03/29/13123936/Demo.di.Alun-alun.Purwokerto.Disusupi.Provokator  

Share this:

Posting Komentar

 
Back To Top
Copyright © 2018 Soeara Massa. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates