Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Pengantar
Lahirnya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan sebuah momentum besar bagi sejarah rakyat Indonesia. Sumpah Pemuda adalah sebuah karya besar dari pemuda Indonesia dalam menunjukan kekuatanya untuk bersatu dan berjuang dalam melawan kolonial Belanda. Sumpah pemuda juga merupakan bukti dari kepeloporan dari pemuda sebagai sektor dan golongan yang secara konsisten ke depan untuk berjuang bersama rakyat. Masa itu menjadi masa keemasan bagi perkembangan organisasi skala modern yang lahir baik dari golongan pemuda ataupun rakyat Indonesia. Ini merupakan babak lompatan jauh ke depan yang nantinya akan meraih kemerdekaan melalui perjuangan revolusi agustus 1945.
Lahirnya sumpah pemuda, tidak terlepas dari situasi konkrit rakyat Indonesia saat itu. Rakyat Indonesia saat itu dibelenggu kolonial Belanda dengan penindasan yang begitu hebat, baik keterhisapan melalui perampasan hak-hak dasar secara universal maupun personal. Perampasan seluruh sumber daya alam sebagai sumber penghidupannya, keterhisapan tenaga akibat paksaan kerja (Sistem tanam Paksa) dengan siksaan-siksaan secara fisik yang dialami setiap hari selama ratusan tahun di bawah kekuasaan kolonial belanda, membuat tempaan setiap hari yang terakumulasi terus-menerus hingga melahirkan semangat perlawanan yang kuat bagi seluruh rakyat Indonesia dalam mengobarkan semangat perjuangan pembebasan nasional dari jajahan kolonial.
Akan tetapi pada tahun 1949, bermula pada momentum Perjanjian Meja Bundar (KMB) yang merupakan titik balik dan momentum pengkhianatan segelintir elit politik Indonesia atas kemengan besar segenap rakyat. Indonesia memasuki fase penjajahan baru (neokolonialisme), dimana penyerahan kedaulatan oleh rejim berkuasa kepada imperialisme yang mempertahankan basis sosial feodal di Indonesia untuk menjalankan kepentingan atas penyediaan bahan dasar, tenaga kerja murah, tempat pemasaraan dan eksport capital bagi imperialisme. Tentu semangat perjuangan pemuda dan rakyat Indonesia untuk merdeka sepenuhnya telah dikhianati. Semangat anti imperialisme dan feodalisme dikubur oleh rejim masa itu, dengan menumbuh-suburkan kembali imperialisme dan feodalisme di dalam negeri. hingga saat masyarakat Indonesia masih berada di bawah dominasi imperialisme dan feodalisme dengan rejim boneka sebagai kaki tangan di dalam negeri.
Kondisi Pemuda Indonesia Saat Ini
Akibat keadaan masyarakat Indonesia yang terbelakang, menyebabkan hancurnya masa depan pemuda sebagai tenaga produktif dalam membangun bangsa Indonesia. Rendahnya partisipasi atas pendidikan, menjadi persoalan bagi pemuda dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai keterampilan dalam menggerakkan Indonesia menuju kedaulatan dan kemandirian. Tahun 2014 saja, lulusan dari SMA/Sederajat mencapai angka 2,7 juta. Namun Negara hanya mampu menyediakan bangku perguruan tinggi sekitar 133. 406 orang (PTN). Angka penerimaan kuliah yang sangat kecil dibanding jumlah kelulusan. Hal ini tentunya akibat dari mahalnya biaya pendidikan sebagai dampak dari kebijakan komersialisasi di dunia pendidikan, yang semakin membuat rendahnya akses rakyat atas pendidikan. Demikian pula angka pengangguran pemuda yang sangat tinggi yaitu mencapai 16,7 juta dari 62,2 juta total pemuda di Indonesia. Sedangkan pengganguran yang berasal dari lulusan perguruan tinggi mencapai 700.000 orang.
Cita-cita semangat sumpah pemuda semakin jauh dewasa ini. Kaum tani dan klas buruh sebagai komposisi utama di Indonesia harus mengalami perampasan tanah dan upah yang membuat penghidupan rakyat semakin sengsara. Keadaan ini semakin diperburuk dengan seluruh agenda-agenda kebijakan yang dijalankan oleh rejim untuk tetap menghisap rakyat Indonesia demi memberikan keuntangan semata bagi tuannya imperialisme AS. Sumpah pemuda yang meng-ikrarkan bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, menjadi kertas sakti dan hanya sebatas simbolis upacara semata dari tahun ke tahun dengan semangat nasionalisme sempit namun pemerintahan berkuasa tetap melayani kepentingan tuannya, imperialisme dan feodalisme di Indonesia.
Lawan Terus Segala Usaha dan Skema Picik Kenaikan Harga BBM oleh Rezim Baru Jokowi-JK
Terpilihnya Jokowi-JK sebagai Presiden ke-7, tidak akan memberikan perubahan secara mendasar bagi rakyat Indonesia. Berbagai agenda perubahan yang disiapkan oleh Jokowi-JK melalui visi, misi dan programnya dengan revolusi mental di dunia pendidikan untuk membentuk nilai-nilai dan dan karakter kebangsaan adalah omong kosong saja. Karena dalam revolusi mentalnya, tidak akan mengubah orientasi pendidikan di Indonesia yang akan mengabdi kepada imperialisme dan feodalisme. Demikian, pendidikan di Indonesia akan tetap menjadi instrument kebudayaan sebagai legitimasi untuk melanggengkan kepentingan imperialisme AS dan feodalisme di Indonesia.
Dan ke depan Jokowi-JK akan tetap mengandalkan pembangunan nasional yang bersandar pada investasi dan hutang kepada imperialisme AS beserta sekutunya. Jokowi juga akan tetap menjalankan kerjasama bilateral komprehensif Indonesia-USA, Indonesia-UE, Indonesia-Cina serta mempertahankan FTA dan MEA 2015. Jokowi juga akan tetap menjadikan lembaga-lembaga internasional (instrument imperialisme AS; WTO, IMF, Word Bank, ADB) sebagai panutan dalam perdagangan dan mendapatkan suntikan dana (hutang, investasi).
Di tengah carut-marutnya penyusunan kabinet Jokowi-JK yang berulang kali mengalami penundaan mengumumkan, bukanlah semata-mata akibat calon-calon menteri yang ditunjuk terduga kasus korupsi dan pelanggar HAM. Karena bagi kita, siapa pun yang menjadi menteri-menteri dalam kabinet Jokowi-JK nanti, pasti juga akan berasal dari birokrat-birokrat pemerintahan negara dan birokrat kampus yang korup dan pengekang HAM. Namun penundaan tersebut lebih diakibatkan tarik-menarik dari partai-partai beserta klik pendukung Jokowi-JK untuk mendapatkan jatah kursi menteri. Tapi, Jokowi-JK berusaha membungkus ini dengan mencipkan sebuah kesan bahwa dirinya sangat selektif dalam menentukan kursi menteri di kabinetnya. Ini lagi-lagi adalah sebuah ilusi dan manipulasi yang sesungguhnya sudah biasa dipertontonkan rejim ke rejim yang berkuasa di Indonesia. Dan paling celaka, di tengah-tengah pusat perhatian masyarakat tertuju pada isu penyusunan kabinet yang digulirkan oleh Jokowi-JK, dengan liciknya Jokowi-JK telah bersiap-siap menaikkan BBM pada awal November 2014 ini.
Alasan lain menaikkan BBM adalah akibat kenaikan BBM dunia. Padahal kita tahu jelas-jelas bahwa 1 Tahun ini harga minyak dunia berada pada level bawah, yaitu sekitar $85/Barel. Artinya alasan ini tidaklah ilmiah jika tetap digunakan Jokowi untuk menipu rakyat demi mencabut subsidi BBM. Tapi, kenaikan BBM hanya memberikan keuntungan kepada perusahaan-perusahaan eksplorasi dan ekploitasi minyak milik imperialisme AS. Indonesia mengikuti harga minyak dunia juga karena ketergantungan impor minyak akibat minyak Indonesia yang dikuasai 88% oleh asing khususnya perusahaan minyak milik imperialisme AS. Inilah yang mejadi Akar masalah kenaikan BBM di Indonesia, bukan karena defisit, pengalihan subsidi atau harga minyak dunia. Namun kenaikan BBM di Indonesia akibat terjadinya monopoli atas sumber-sumber minyak di Indonesia oleh kapitalisme monopoli internasional khususnya AS.
Di Indonesia dengan 84 kontraktor Migas yang dikategorikan ke dalam 3 kelompok, (1) Super Major yang terdiri dari Exxon Mobile, Total Fina Elf, BP Amoco Arco, dan Texaco ternyata menguasai cadangan minyak 70% dan gas 80% Indonesia. (2) Major yang terdiri dari Conoco, Repsol, Unocal, Santa Fe, Gulf, Premier, Lasmo, Inpex, dan Japex telah menguasai cadangan minyak 18% dan gas 15%. Dan (3) Perusahaan pertamina menguasai cadangan minyak 12% dan gas 5%.
Kebijakan liberalisasi terhadap minyak dan gas di Indonesia diatur dalam UU. No. 22 Tahun 2001. UU tersebut tidak menjadikan minyak sebagai komoditas strategis yang memprioritaskan kebutuhan domestik, akan tetapi didorong sebagai komoditas pasar internasional yang dikuasai oleh perusahan-perusahaan kapitalisme monopoli internasional.
Kementerian ESDM menyebutkan bahwa kilang minyak di Indonesia mampu memproduksi minyak per hari sebesar 820.000 bph. Sedangkan kebutuhan minyak di Indonesia per hari sekitar 1,25 juta bph. Artinya terdapat defisit minyak per hari sekitar 430.000 bph. Namun, disini akan semakin terang bagaimana hubungan defisit minyak sebagai dampak penguasaan imperialis atas minyak di Indonesia. Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan minyak di Indonesia yang hanya 12 % menguasai ladang minyak mampu memproduksi sekitar 254.570 bph per hari. Jadi, apabila ditambah dengan produksi ladang minyak Indonesia yang dikuasai oleh asing 88%, tentu angka kebutuhan minyak per hari Indonesia 1,25 juta bph akan terpenuhi atau bahkan lebih besar lagi. Inilah yang kita sebut tadi bahwa defisit minyak di Indonesia bukan karena ketidaksanggupan ladang minyak Indonesia memenuhi kebutuhan domestik, namun karena adanya monopoli minyak Indonesia oleh imperialisme khususnya AS yang dilanggengkan hingga rejim Jokowi-JK saat ini. Belum lagi kita akan berbicara bahwa sumber energy (minyak) terbarukan dari nabati yang dilolah dari kepala sawit yang dapat menghasilkan minyak di Indonesia. Kemudian rencana kenaikan BBM sebesar Rp. 3000,- sehingga bensin nantinya menjadi Rp. 9.500,-/liter sungguh-sungguh keterlaluan. Dengan harga bensin saat ini Rp. 6.500 per liter, pemerintah sesungguhnya hanya mensubsidi 1.500-2.000/ liter. Artinya dengan kenaikan Rp. 3.000,- pemerintah akan untung besar dan sebuah manipulasi menjadikan defisit anggaran sebagai alasan mencabut subsidi BBM.
Jadi, semakin jelas bahwa kenaikan BBM merupakan kebijakan anti rakyat dan semata-mata memberikan keuntungan bagi perusahaan minyak imperialisme AS, yang semakin mencekik rakyat Indonesia.
Dalam momentum Hari Sumpah Pemuda ke-86, Kaum Pemuda Seluruh Indonesia haruslah menyerukan “Kobarkan Semangat Perjuangan menyongsong Hari Sumpah Pemuda Ke-86 Tahun dan Tolak Rencana Kenaikan BBM dari Rejim Baru Jokowi-JK. Pemuda harus mampu menyatukan barisan dan mengepalkan tangan untuk melawan seluruh kebijakan yang anti-rakyat. Pemuda harus mampu dan secara sadar keluar dari menara gading kampus-kampus sehingga siap untuk setiap saat bertalian dengan rakyat tertindas lainnya. kaum muda Indonesia harus mampu memandang secara kritis segala tipu daya dan muslihat licik yang dibangun oleh rejim penindas rakyat. Kaum pemuda harus mampu mengambil posisi kepeloporan pada setiap momentum perubahan dan pergerakan sejarah bangsa Indonesia!!
Jayalah Pemuda Indonesia !!!
Jayalah Perjuangan Rakyat !!!



Posting Komentar