BREAKING NEWS

Sabtu, Januari 09, 2016

Belajar Dari Drop-out Mahasiswa, PHK Buruh dan Kekerasan Terhadap Petani


Di negara Indonesia yang setengah-jajahan & setengah-feodal, tak henti-hentinya memuncul masalah-masalah baru. Terlepas dari itu, penyebab utama atau biang keladi dari persoalan di negara setengah-jajahan setengah-feodal ialah 3 musuh rakyat, yaitu Imperialisme,Feodalisme (Tuan tanah), dan Kapitalisme Birokrat. Musuh utama rakyat itu akan terus melakukan penghisapan dan penindasan demi kepentingan mereka sendiri. Kita lihat sendiri, Indonesia yang pemerintahannya diisi oleh rezim (yang katanya) populis tetapi kenyataannya hanyalah bualan belaka. “rezim populis” saat ini tak lain merupakan kaki tangan Amerika yang terus ditekan dan dimainkan layaknya “Boneka” untuk melayani majikannya yakni Amerika beserta cukong-cukongnya yang tergabung dalam koalisi “Negara-negara Imperialis,” terutama didominasi oleh Amerika (re:U.S Imperialist). Di dalam masyarakat yang terbelenggu oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Negara dengan sistem setengah-jajahan setengah-feodal akan lahir problem pokok disetiap sektor/golongan masyarakat. utamanya kali ini akan diutarakan problem yang dialami klas Buruh , Kaum Tani, dan Pemuda Mahasiswa.

Problem pokoknya pemuda mahasiswa?

Pertama, Problem pokok pemuda mahasiswa yang lahir dari negara setengah jajahan setengah feodal ini ialah permasalahan carut- marutnya dunia pendidikan yang katanya dikelola oleh negara. Namun, Perlu kita ketahui walaupun didalam UUD 1945 secara gambl(a/i)ng[1] sudah dijelaskan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”[2] tetapi berbeda dengan kondisi pendidikan hari ini, seperti halnya uang kuliah dengan UKT mahal yang tiap tahunya mengalami kenaikan, membuat banyak pemuda tak bisa kuliah, dan yang sudah kuliah, orangtuanya pasti dapat beban secara ekonomi. Belum lagi setelah mendapatkan pendidikan di kampus, akan muncul juga berbagai persoalan seperti fasilitas yang tidak memadai hingga pungli-pungli diluar aturan yang diberlakukan, bahkan transparansi dari semuanya itu tak kita dapati dari kampus. 

Selain dari permasalahan di dunia pendidikan, pemuda mahasiswa akan dihadapi lagi oleh persoalan lapangan pekerjaan yang tidak dijamin oleh “rezim penguasa/negara”. Seperti halnya Lulusan perguruan tinggi hanya akan dijadikan tenaga upah murah (buruh murah) yang terus dihisap oleh rezim tanpa berkaca pada latar belakang pendidikannya.

Problem pokoknya Klas Buruh?

Kedua, problem pokok yang dihadapi oleh klas buruh untuk melawan penindasan dan segala bentuk ketidakadilan antaralain yaitu Masalah UPAH murah!, baru beberapa bulan lalu disahkan PP No.78 tahun 2015 tentang pengupahan oleh rezim boneka saat ini sebagai bukti nyata bahwa di negara setengah-jajahan setengah-feodal rakyat akan selalu dirugikan dan di-zholimi melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Klas buruh akan terus dihisap dan diberi upah tidak layak oleh majikan sebagaimana seharusnya.

Problem pokoknya Kaum Tani?

Ketiga, beda lagi problem pokok yang dialami kaum tani dengan perampasan tanah yang terus menerus digenjot dengan dalih untuk pembangunan. Konflik Agraria (akibat perampasan tanah) di Indonesia pada tahun 2015 saja mencapai 231 kasus, angka ini bertambah sekitar 60% dibanding konflik agraria yang terjadi pada tahun 2014 sebesar 143 kasus. Konflik tersebut menyebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total luas lahan konflik hingga 770.341 ha[3]

Apa yang harus kita perjuangkan?

Perlu kita insyafi bersama, sebagai masyarakat yang ada dibawah sistem setengah- jajahan setengah-feodal kita mesti menyikapi dan melawan kebijakan-kebijakan rezim untuk merebut hak-hak demokratis kita. Perjuangan seperti apa yang kita lakukan? Sebagai pemuda mahasiswa, kita perlu memperjuangkan pendidikan yang ilmiah, supaya ilmu yang didapat mampu berguna di luar setelah lulus dari kampus, lalu pendidikan yang demokratis yakni pendidikan yang memberi hak pada setiap masyarakat untuk bisa mengenyam pendidikan tanpa harus membeda-bedakan golongan, kemampuan ekonomi dan lainnya. Lalu menciptakan pendidikan yang mengabdi pada rakyat, yakni pendidikan atau ilmu yang diperoleh dari kampus dapat diterapkan untuk kepentingan rakyat sendiri dan tidak untuk kepentingan para penguasa (re: imperialis,tuan tanah,kapitalis birokrat) dengan begitu kita harus mengambil langkah nyata seperti memblejeti kebijakan kampus yang merugikan mahasiswanya, dll.

Seperti halnya kawan-kawan petani yang terus melawan perampasan tanah yang dilakukan oleh tuan-tuan tanah. Mereka berjuang lewat Reforma Agraria (perombakan struktur penguasaan, pemilikan, pengelolaan, dan pengaturan tanah) dengan begitu monopoli tanah yang dilakukan oleh satu orang/tuan tanah akan berhenti dan diambil alih bersama oleh kaum tani dan rakyat lainnya.

Beda lagi dengan perjuangan klas buruh untuk merebut hak demokratisnya dengan cara memperjuangkan industrialisasi nasional yang dikelola sendiri (mandiri) tanpa dikuasai oleh para pemodal (imperialis) yang hanya menghisap dan menindas terus.

Represifitas rezim fasis terhadap perjuangan ?

Memang setiap perjuangan pasti ada halangan, terutama kelas reaksioner dalam hal ini rezim fasis yang terus-terusan menghalangi. Kita belum bisa move on dengan peristiwa dikeluarkannya SK Drop-out (DO) terhadap kawan Kita rony dari UNJ yang menolak dan melakukan aksi menuntut fasilitas kampus yang tidak memadai dan menuntut transparansi anggaran UKT hingga uang pungli KKN dan berbagai masalah dikampusnya, ia didrop-out karena mengkritik kebijakan rektor UNJ (re:Kapitalis Birokrat) walaupun akhirnya si Rektor mencabut SK DO Rony tersebut melalui negosiasi[4]. Itu hanya salah satu contoh represifitas rezim fasis melalui rektor untuk membungkam perjuangan pemuda mahasiswa dan masih banyak lagi represifitas yang dilakukan rezim.

Kita juga belum lupa perjuangan aksi buruh berupa mogok nasional desember tahun lalu, ada kawan-kawan buruh yang di PHK karena terlibat-diri untuk ikut mogok nasional. Tercatat ada 75 buruh yang terkena PHK di PT DMC TI[5]. Itu hanya sebagian contoh represifitas dari kelas reaksioner dalam perjuangan buruh menuntut upah layak.

Hal serupa juga datang dari para petani yang dipukuli karena mempertahankan lahan garapannya dari perampasan, berapa banyak kasus kekerasan terhadap petani dalam konflik agraria mulai dari pemukulan hingga pembunuhan. Seperti petani urut sewu dalam konflik lahan dengan TNI, banyak terjadi kekerasan yang dilakukan oleh TNI terhadap petani-petani urut sewu.[6] Bahkan kasus pembunuhan salim kancil yang masih membekas dalam ingatan kita.

Apa yang harus kita lakukan menghadapi represifitas rezim fasis?

Dalam hal ini kita sebagai pemuda mahasiswa harus tetap terus berjuang jangan sampai kita takut akan gertakan-gertakkan dari kelas reaksioner terhadap perjuangan-perjuangan kita merebut hak-hak demokratis. Karena itu, dalam menghadapi tindakan represifitas itu hanya satu solusi yang harus dilakukan, ialah: Berorganisasi.

Kenapa harus berorganisasi? seperti kita lihat tindakan represifitas rezim dilakukan secara sistematis lahir dari organisasinya yang terdiri dari klas reaksioner (re:Negara). Pentingnya organisasi adalah untuk membesarkan perjuangan-perjuangan untuk meblejeti kebijakan rezim agar perjuangan kita lebih massif lagi dengan ditanamkan prinsip independen, demokrasi, segaris massa, dan prinsip kritik-otokritik, agar tidak terjadi pecah-belah dalam diri organisasi itu sendiri. Seperti halnya yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer:  “Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawan”

Panjang umur perlawanan! Panjang Umur Pembangkangan! :p


Ditulis oleh A.Ahmed Chomeini, mahasiswa yang apatis tak bernasionalis, dipaksa (oleh keadaan) untuk menulis yang berbau pergerakan/aktivisme :p

[1] Gamblang berarti menyeluruh atau jelas, Gambling berarti : Berjudi alias spekulatif. Boleh pilih salah-satu.
[2] Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
[3] Data dari serikat petani Indonesia (SPI)

Share this:

2 komentar :

  1. http://www.soearamassa.com/2016/01/belajar-dari-drop-out-mahasiswa-phk.html

    BalasHapus
  2. Keren banget tulisannya. Terus semangat memperjuangkan hak-hak demokrasi kita kawan jangan menyerah dengan keadaan yang semakin hari semakin tidak karuan akan sistem-sitem yang membungkam rakyat.

    BalasHapus

 
Back To Top
Copyright © 2018 Soeara Massa. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates